Kabupaten Jepara, terkenal sebagai pusat kerajinan ukir kayu yang kaya tradisi, menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan regenerasi perajin lokal. Dalam lima tahun terakhir, pesatnya industri baru seperti garmen, sepatu, tekstil, dan lainnya telah menarik minat generasi muda untuk beralih ke sektor industri padat karya, meninggalkan pekerjaan tradisional sebagai pengukir.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Bidang Perindustrian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara, Dhaula Patta Raya, yang mengungkapkan bahwa keberadaan industri-industri baru tersebut telah menggeser minat masyarakat terutama generasi muda dari pekerjaan di sektor kerajinan ukir tradisional.
“Meskipun industri baru ini memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan membantu menekan tingkat pengangguran, namun regenerasi perajin ukir di Jepara terancam,” ujarnya dengan tegas.
Selain itu, perajin dari sentra kerajinan relief Senenan, Sarjo, 60 tahun, turut mengonfirmasi bahwa minat untuk menjadi pengukir semakin berkurang di kalangan muda. “Saya melihat langsung dampaknya dengan semakin banyaknya pabrik-pabrik baru di sekitar Jepara,” katanya.
Menurut Sarjo, meskipun pekerjaan sebagai pengukir tidak selalu memberikan keuntungan finansial yang besar secara langsung, namun ini merupakan pekerjaan yang memungkinkan untuk menyalurkan kreativitas dan mengekspresikan seni.
“Saya senang bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda yang tertarik belajar. Meskipun pelatihan yang dilakukan dua tahun lalu terhenti di tengah jalan, saya siap mendukung siapa pun yang ingin memperdalam keterampilan ukir,” tambahnya seperti dilansir jawapos.
Kondisi ini menunjukkan perubahan dinamis dalam struktur ekonomi lokal Jepara, di mana tradisi kerajinan ukir yang kaya sejarahnya harus beradaptasi dengan kemajuan industri modern yang cepat. Tantangan untuk melestarikan warisan budaya dan keterampilan tradisional di tengah arus globalisasi menjadi sorotan penting bagi pembangunan berkelanjutan di masa depan.