Sejarah dan Keberadaan Masjid Baiturrohim Gambiran
Berada di Dukuh Gambiran, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Masjid Baiturrohim Gambiran dikenal sebagai masjid tertua di Pati. Berdiri sejak 9 Oktober 1445, masjid ini telah berusia lebih dari 572 tahun dan menjadi penanda masuknya Islam ke wilayah Pati. Masyarakat setempat juga mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Wali.
Pusat Penyebaran Islam di Abad ke-19
Masjid Baiturrohim Gambiran memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Pati pada abad ke-19. Meski ukurannya tidak terlalu besar, masjid ini memiliki kaitan erat dengan sejarah Masjid Agung Baitunnur Pati.
Prasasti pembangunan Masjid Agung Baitunnur justru tersimpan di Masjid Baiturrohim Gambiran. Sebelum pusat keislaman berpindah ke Masjid Agung Baitunnur, Masjid Baiturrohim Gambiran merupakan masjid utama di Pati.
Perubahan Struktur dan Arsitektur
Mengutip dari projectmedias.blogspot.co.id, Masjid Baiturrohim Gambiran telah mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan bangunan aslinya. Awalnya, atap masjid terbuat dari ijuk yang kini telah diganti dengan genting tanah. Dinding kayu masjid juga telah berubah menjadi tembok semen, dan lantainya kini berkeramik.
Meskipun begitu, beberapa bagian masjid masih mempertahankan keaslian, seperti bentuk atap limas bersusun yang menyerupai Masjid Demak, mimbar khatib dari kayu jati kuno, dan tabung beduk yang tetap terawat.
Pilar dan Keunikan Arsitektur
Masjid Baiturrohim Gambiran memiliki empat pilar asli yang masing-masing memiliki dua jendela di depan, belakang, dan samping. Pilar-pilar ini dibuat dari kayu jati utuh yang diambil dari hutan di Semenanjung Muria, saat Muria masih terpisah dari Pulau Jawa.
Selain itu, pintu dan jendela masjid yang dipahat dengan alat pertukangan kuno masih asli seperti semula. Di atas pintu depan masjid, terdapat Prasasti Gambiran yang ditulis dengan huruf Arab Pegon, menceritakan renovasi pertama oleh Pemerintahan Adipati Ario Candrahadinegoro pada tahun 1885.
Kolam Kuno dan Kompleks Makam
Di samping kiri masjid, terdapat kolam kuno yang dulu digunakan untuk bersuci sebelum salat. Kolam ini dulunya juga digunakan oleh pengantin sebelum memasuki masjid.
Meskipun kini kolam tersebut sudah tidak dipergunakan lagi, keberadaannya masih menjadi saksi sejarah.
Di sekitar masjid, terdapat kompleks makam para penghulu yang bertugas menikahkan orang Islam dan keluarga mereka. Salah satu makam yang terkenal adalah makam Mbah Cungkruk, murid Sunan Kalijaga yang dipercaya untuk melanjutkan pembangunan masjid setelah Sunan Kalijaga harus berangkat ke Demak.
Mbah Cungkruk dan Pengaruh Sunan Kalijaga
Mbah Cungkruk adalah murid Sunan Kalijaga dari dusun setempat yang melanjutkan pembangunan Masjid Baiturrohim Gambiran.
Dia dipercaya oleh Sunan Kalijaga untuk menjaga masjid dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Hingga kini, makam Mbah Cungkruk yang berada hanya beberapa meter dari lokasi masjid masih terawat dengan baik dan sering diziarahi.
Kesimpulan
Masjid Baiturrohim Gambiran mungkin jauh dari popularitas dan keramaian, tetapi keberadaannya merupakan bukti sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Pati.
Dari masjid inilah, Islam akhirnya berkembang pesat ke seluruh pelosok desa di Kabupaten Pati. Keunikan dan keaslian arsitektur yang masih terjaga hingga kini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung dan penziarah.