Kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah menyebabkan penyusutan volume air di Waduk Gembong, Kabupaten Pati, hingga 2,8 juta meter kubik. Jika tidak turun hujan dalam 60 hari ke depan, lahan pertanian di lima kecamatan terancam terganggu.
Kemarau panjang telah mempengaruhi sumber air untuk pertanian di Kabupaten Pati. Petani di lima kecamatan, yaitu Gembong, Pati, Wedarijaksa, Tlogowungu, dan Margorejo, kini hanya mengandalkan aliran air dari waduk dan sungai untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
Dampak kekeringan ini cukup terasa di Waduk Gembong, yang menjadi andalan pertanian di lima kecamatan tersebut. Volume air di waduk menyusut hingga 2,8 juta meter kubik dari kapasitas penuh sebesar 9,5 juta meter kubik.
“Kita harus menghemat air karena irigasi dan sungai mulai kering,” kata Slamet (56), seorang petani di Wedarijaksa, Pati, Kamis, 25 Juli 2024.
Sugeng (48), petani di Tlogowungu, Kabupaten Pati, mengungkapkan bahwa sebagian besar petani kini mengalihkan tanaman mereka ke palawija, seperti jagung dan kacang hijau, karena tanaman tersebut membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan padi.
“Ada yang menanam jagung dan kacang hijau karena tidak banyak membutuhkan air,” jelasnya.
Operator Waduk Gembong, Kasmadi, menyatakan bahwa meskipun volume air di waduk telah menyusut hingga 2,8 juta meter kubik, ketersediaan air masih mencukupi untuk kebutuhan pertanian di lima kecamatan hingga 57 hari ke depan. Namun, jika lebih dari 60 hari tidak turun hujan, pengairan diperkirakan akan terganggu.
“Sampai saat ini masih aman, meskipun tetap harus dilakukan langkah-langkah penghematan agar ketersediaan air tetap terjaga,” ungkap Kasmadi.